Dr.Ir Apendi Arsyad : Kritik Ustadz Muda Cucu Pendiri NU Terhadap Banser 

    Dr.Ir Apendi Arsyad : Kritik Ustadz Muda Cucu Pendiri NU Terhadap Banser 
    Apendi Arsyad ( Berkopiah) bersama Prof.Dr.AM Saefuddin


    BOGOR - Menarik apa yang disampaikan ulama atau ustadz muda dari kalangan Nahdhatul Ulama (NU), katanyq beliau adalah cucu pendiri NU, yang telah viral di beberapa WAG, media sosial (medsos).

    Oh ya siapa nama cucu pendiri NU itu? Maaf, caption tidak ada di layar medsos. Mudah-mudahan yang membuat video dan berita ini, bekerja profesional, ikhlas dan berperilaku jujur, jauh dari perbuatan kebencian dan berita palsu (hoaks).

    Sungguh saya sangat tertarik mendengar dan menyimak narasi-narasinya ustadz muda yang faktual dan rasional tersebut. Apa yang beliau keluh-kesahkan, kritik itu, juga merupakan keresahan saya selama ini melihat kehidupan umat Islam Indonesia, yang sering "dipojokan", atau, diframing sedemikian rupa oleh orang-orang tertentu dalam medsos bahwa Islam itu tidak toleran, eksklusif bahkan dituduh sarang pengacau, "terroris", bermusuhan dengan penganut agama lain. Padahal makna Islam itu adalah "damai, berserah diri dan selamat". Menurut Al Quran, agama Islam (Dinnulislam) artinya jauh dari dan atau bertolak belakang dengan kesan negatif (framing) yang didesain para musuh-musuh Islam tersebut, yakni kaum kafirun, munafikun, fasikun dan musrikun, yang ada di masyarakat-bangsa.

    Ulama muda ini sungguh luar biasa cerdasnya, beliau termasuk kaum NU "garis lurus", NU Kultural vs struktural/politik, yang terkadang berkecendurangan menjual ummat, dengan membolak-balikan makna ayat-ayat Al Quran, pragmatis dan hedonis. 

    Boleh saya katakan ulama muda, cucu pendiri NU ini,
    paham akan tipu daya dalam "politisasi pemanfaatan" ormas NU, yang digunakan untuk memecahbelah umat Islam Indonesia.


    Contoh kasus yang beliau ambil dengan tepat, soal tugas Banser NU menjaga gereja di saat-saat menjelang hari natal. Natal adalah ibadah kaum Kristiani, bertempat di rumah ibadahnya gereja, yang ada tanah air Indonesia, terutama kawasan pulau Jawa.

    Media massa sekuler juga membesar-besarkan (blowup), memuji-muji sedemikian rupa, "sepak terjang" Banser NU ini dalam menjaga gereja-gereja, seolah-olah beginilah kehidupan rukun dan toleransi antar umat beragama, yang sesungguhnya. 

    Fenomena sosial-budaya yang sesat dan menyesatkan  ini dikomentari, diulas panjang lebar oleh "cucu" pendiri NU ini secara cerdas. Beliau berkata dalam videonya itu, yang saya dengar dan kutip bahwa Banser NU menjaga gereja tersebut adalah perbuatan keliru dan salah alias bukan pada tempatnya. 

    Perbuatan Banser NU itu bisa mengadudomba antar umat beragama di negeri ini, mengembangbiakan saling kecurigaan dan berburuk sangka (suuzhon), mengundang fitnah akibat cari muka dan bahkan ada gelagat atau trik mencari sesuatu mungkin saja uang "cuan", dll, begitulah ungkapan kata-kata, bahasa kritik ulama muda NU tersebut yang saya dengar di medsos yang beredar.

    Mengapa hal ini dikatakan, merupakan perbuatan salah dan sesat?, kata Kiyai muda NU ini, bahwa kegiatan menjaga gereja disaat-saat menjelang ibadah Natal ummat Kristiani ini, sebenarnya adalah tugas aparat keamanan dan ketertiban (kamtibmas) negara seperti kepolisian dan TNI, dan atau Satpol PP yang ada di daerah tersebut. Ini bukan tugas dan kewenangan Banser NU yang beratribut ormas Islam, underbow NU itu. 


    Perbuatan ini sangatlah penyesatkan, karena ada image atau persepsi yang dibangun selama ini, setiap momen natal, ada suasana seram dan menakutkan, akan muncul anasir jahat spt "gerakan Islam radikal dan fundamentalis, kaum terroris" yang diframing akan membom dan atau merusak sarana gereja ibadah umat Kristiani.

    Image atau persepsi negatif inilah yang terus dibangun oleh musuh-musuh Islam melalui gerakan anti Islam, Islamopobia di negeri ini, yang tak kunjung hilang (sirna), pada setiap akhir tahun menjelang, disaat-saat tgl 25 Desember pada setiap tahunnya.

    Padahal, pada saat penutupan akhir tahun, acara-ritual natal dan tahun baru (nataru), pihak Pemerintah (umaroh) juga telah berupaya keras, disibukan dengan pengerahan (memobilisasi) tenaga personal keamanan dan ketertiban (kamtibmas) yang cukup banyak, baik sipil maupun militer di semua level pemerintahan di seluruh Indonesia baik tingkat Kecamatan, Kabupaten/Kota maupun level Provinsi, dengan membuat posko-posko Kamtibmas pada setiap lokasi strategis. Dana APBD pun setiap daerah disediakan, alokasinya untuk program menjaga  kamtibmas cukup besar, karena aparat yang bertugas cukup banyak, direkrut dari lintas instansi Pemerintah seperti Polsek, Dispol PP, Dishub dan bahkan dibantu aparat negara Tentera Nasional Indonesia (TNI) milik rakyat.

    Jadi tidak perlu lagi sebenarnya adanya pengerahan tenaga sipil berseragam seperti Banser NU ini untuk tugas-tugas kamtibmas di negeri ini, yang bukan menjadi kewenangannya. Jika itu dilakukan mereka, boleh jadi merupakan salah satu perbuatan yang menyalahgunakan kekuasaan (abused of power), dan boleh jadi merupakan perbuatan melawan hukum (lawenforcement). Hal ini barangtentu  sangat merugikan nama besar (baik) ormas Islam NU, karena peran dan fungsi NU dalam perspektif sejarahnya bukan menjadi objek, "alat kekuatan politik" tertentu, akan tetapi merupakan peran subjek NU, NU penentu arah kebijakan publik dan pemberdayaan umat, terutama kaum Nadhiyin di negeri ini. Kiprahnya ormas Islam terbesar NU yang tampak selama ini 100 thn NU, sungguh mewarnai kemajuan peradaban masyarakat, bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang diridhoi Allah SWT.

    Apa yang dikatakan ustadz muda trah pendiri NU tersebut, sangatlah benar adanya, bahwa Banser NU hanyalah atau cukuplah bertugas untuk menjaga kamtibmas, ketika kaum Nadhiyin dan ormas NU berkegiatan di lingkungan masyarakatnya, bukan menjaga gereja pada ritual natalan kaum Kristiani. Itu salah kaprah dan mengundang fitnah. Nauzubillahi minzalik.

    Saya dan kita mendukung apa yang dikemukakan ustadz muda, cucu pendiri NU tersebut, dan saya  mendoakan, semoga kepemimpinan NU mendatang atau suatu saat nanti bisa dipegang oleh keturunan (trah) Khadratus Syech KH Hasyim As'ari (ulama besar pendiri NU), sehingga ormas pemuda Islam Banser itu bisa berjalan roda organisasi dan program pengabdiaannya sesuai khittah NU tahun 1926, semoga!.

    Semoga Allah SWT melindungi dan menolong hamba-hambaNya yang beriman, bertaqwa dan gemar beramal makruf nahi mungkar di negeri ini.Aamiin3 YRA. 
    Harapan kita, semoga kiprah Banser NU ke depan, kembalilah ke khittahnya NU untuk memajukan NKRI yang bermartabat dan berdaulat (dignity).
    Syukron barakallah.

    Penulis: Dr.Ir H.Apendi.Arsyad.MSi (Pendiri-Ketua Wanhat ICMI Orwil Khusus Bogor, Wasek Wankar ICMI Pusat; Pendiri-Dosen Universitas Djuanda Bogor; Konsultan K/L, Pegiat dan Pengamat Sosial)

    dr ir apendy arsyad cucu pendiri nu banser nu
    Suferi

    Suferi

    Artikel Sebelumnya

    Balipedia.org: All About Bali

    Artikel Berikutnya

    Hendri Kampai: Macan Versus Banteng di Antara...

    Berita terkait