PEMERINTAHAN - Bayangkan sebuah bangsa yang disatukan oleh semangat juang, di mana sejarah telah membuktikan bahwa rakyatnya mampu menggulingkan kekuatan besar yang mendominasi tanah airnya selama ratusan tahun. Bangsa itu adalah Indonesia. Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan, Belanda, yang kala itu disebut “Kumpeni, ” akhirnya harus menyerah di hadapan kemarahan dan perjuangan rakyat Indonesia. Jika kekuatan sebesar itu bisa dilawan dan ditumbangkan, apa yang membuat oligarki berpikir mereka tidak bisa mengalami nasib yang sama?
Pelajaran dari Sejarah: Kekuasaan Tak Bertahan Selamanya
Rakyat Indonesia adalah contoh nyata bahwa kekuatan sejati tidak datang dari senjata atau kekuasaan, melainkan dari solidaritas dan keberanian. Ketika Belanda datang untuk menguasai nusantara, mereka menggunakan kekuatan militer, politik adu domba, dan eksploitasi sumber daya untuk mempertahankan dominasinya. Namun, meski dipersenjatai dengan teknologi perang yang jauh lebih modern saat itu, mereka tidak mampu bertahan menghadapi tekad dan perlawanan rakyat Indonesia.
Peristiwa-peristiwa seperti Perang Diponegoro, Perlawanan Pattimura, hingga perjuangan panjang menuju kemerdekaan pada tahun 1945 membuktikan bahwa ketika rakyat bersatu, bahkan kekuatan kolonial yang terlihat tak tergoyahkan pun dapat runtuh. Jika rakyat mampu melawan kolonialisme yang terstruktur, apa yang membuat oligarki modern berpikir bahwa mereka bisa selamanya mengendalikan kehidupan bangsa tanpa konsekuensi?
Oligarki: Wajah Baru Penjajahan
Di masa modern, penjajahan tidak lagi dilakukan oleh negara asing melalui invasi militer, melainkan oleh kekuatan-kekuatan oligarki yang menguasai ekonomi, politik, dan sumber daya alam bangsa. Oligarki adalah segelintir orang yang memiliki kekuasaan besar atas aset negara, sering kali bekerja di balik layar untuk mengamankan kepentingan pribadi mereka, jauh dari kepentingan rakyat.
Baca juga:
Dinkes Padang Terus Lacak Kasus Tuberkulosis
|
Kekuasaan mereka terlihat dalam penguasaan tambang, monopoli lahan, hingga pengendalian kebijakan pemerintah yang seharusnya berpihak kepada rakyat. Bahkan, banyak kebijakan yang dikeluarkan hanya menguntungkan golongan tertentu, sementara rakyat harus menanggung dampak negatifnya. Mulai dari kenaikan harga kebutuhan pokok, eksploitasi sumber daya alam tanpa memperhatikan keberlanjutan, hingga pelanggaran hak-hak buruh dan petani. Tidak heran, rakyat mulai kehilangan kepercayaan.
Namun, seperti penjajahan Belanda dulu, oligarki juga memiliki kelemahan besar: mereka bergantung pada rakyat untuk menjalankan sistem yang mereka ciptakan. Jika rakyat mulai sadar dan bergerak, sistem itu akan retak dengan sendirinya.
Kekuatan Rakyat: Bangkitnya Kesadaran Kolektif
Ketika rakyat Indonesia marah, sejarah membuktikan bahwa tidak ada kekuatan yang bisa menghalangi mereka. Revolusi kemerdekaan adalah bukti sahih. Di era modern, gelombang besar reformasi 1998 yang berhasil menjatuhkan rezim Orde Baru juga menunjukkan betapa dahsyatnya kekuatan rakyat yang bersatu.
Rakyat Indonesia, dengan jumlah lebih dari 270 juta jiwa, adalah potensi perubahan yang luar biasa. Ketika mereka mulai sadar akan hak-hak mereka, ketika mereka menyadari bahwa kekayaan negeri ini harusnya untuk semua, bukan hanya segelintir orang, maka kekuatan oligarki akan kehilangan pijakannya. Kunci utama dari perubahan ini adalah kesadaran kolektif—kesadaran bahwa ketidakadilan tidak harus diterima begitu saja.
Jalan Menuju Keadilan: Peran Generasi Baru
Generasi muda memiliki peran penting dalam membangun kesadaran ini. Dengan akses informasi yang lebih luas melalui teknologi dan media sosial, generasi ini memiliki alat untuk menggerakkan perubahan lebih cepat. Mereka bisa membongkar praktik-praktik oligarki, menyuarakan ketidakadilan, dan membangun solidaritas yang melintasi batas suku, agama, dan golongan.
Namun, kesadaran saja tidak cukup. Dibutuhkan aksi nyata, mulai dari mendorong transparansi dalam pemerintahan, menuntut kebijakan yang berpihak pada rakyat kecil, hingga membangun sistem ekonomi yang lebih adil. Gerakan kolektif ini harus berorientasi pada solusi, bukan hanya pada perlawanan.
Oligarki Bukanlah Takdir
Oligarki bukanlah takdir yang tidak bisa diubah. Jika Belanda yang menguasai negeri ini selama lebih dari 300 tahun saja bisa dikalahkan, maka oligarki yang hanya beroperasi dalam sistem modern juga bisa. Kuncinya adalah kesadaran rakyat untuk bersatu dan melawan segala bentuk ketidakadilan.
Sejarah telah mengajarkan bahwa kemarahan rakyat Indonesia bukanlah sesuatu yang bisa diremehkan. Jika kekuasaan disalahgunakan dan rakyat merasa ditindas, maka perubahan besar hanyalah masalah waktu. Sebab, seperti yang sudah-sudah, ketika rakyat marah, tak ada kekuatan yang bisa menghalangi mereka—tidak Belanda, tidak oligarki. Kekuatan rakyat adalah kekuatan yang tak terkalahkan!
Jakarta, 28 Januari 2025
Hendri Kampai
Ketua Umum Jurnalis Nasional Indonesia/JNI/Akademisi